Bagi kamu yang sedang menyusun tugas akhir, baik skripsi, tesis, maupun jenis penelitian lainnya, pasti sudah cukup familiar dengan istilah studi pendahuluan. Tapi, sebenarnya apa itu studi pendahuluan?
Artikel ini akan membahas secara ringkas dan jelas mengenai pengertian studi pendahuluan, tujuan dilakukannya, apa saja yang perlu dimuat di dalamnya, hingga cara menyusun studi pendahuluan yang baik.
Tak hanya itu, di bagian akhir juga disertakan contoh singkat sebagai gambaran
Pengertian Studi Pendahuluan
Bagi yang belum tahu apa itu studi pendahuluan, jadi studi pendahuluan atau preliminary research adalah tahap awal penelitian dan pengembangan model penelitian yang akan kamu lakukan nantinya.
Ditahap ini, kamu harus melakukan observasi untuk mengumpulkan berbagai macam informasi atau data sebelum melakukan penelitian.
Tujuan Studi Pendahuluan
Berikut ini beberapa studi pendahuluan beserta penjelasannya:
1. Memperjelas Masalah
Tujuan studi pendahuluan yang pertama adalah untuk memperjelas masalah. Masalah yang telah kamu dapatkan kemudian disusun secara sistematis sehingga menjadi rumusan masalah penelitian.
Perlu kamu ketahui bahwa penulisan rumusan masalah yang benar harus menggunakan tanda tanya. Misalnya, mengapa saat hari raya idul fitri harga daging mengalami kenaikan?
2. Memastikan Data Penelitian
Tujuan kedua dari studi pendahuluan adalah untuk menilai kelayakan penelitian dilanjutkan atau tidak. Penilaian ini didasarkan pada sejauh mana permasalahan yang diangkat. Semakin jelas masalah yang ditemukan, maka penelitian layak untuk diteruskan.
Selain itu, urgensi dan manfaat penelitian juga perlu menjadi pertimbangan utama. Penelitian sebaiknya dilanjutkan jika memiliki potensi memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat.
3. Data Awal Penelitian
Tujuan lain dari studi pendahuluan adalah memperoleh data awal langsung dari lapangan. Dengan melakukan observasi lebih awal, peneliti dapat memahami konteks dan persoalan yang akan diteliti secara lebih konkret.
4. Penelitian Terdahulu
Melalui studi pendahuluan, peneliti dapat mengidentifikasi dan mempelajari berbagai penelitian terdahulu yang relevan dengan topik yang sedang dikaji. Informasi ini biasanya diperoleh dari sumber-sumber seperti jurnal ilmiah, artikel koran, maupun buku-buku yang sesuai.
Pengumpulan data awal ini menjadi langkah penting untuk memahami perkembangan penelitian sebelumnya dan memperkuat landasan teori.
5. Mengetahui Narasumber
Tujuan terakhir dari studi pendahuluan adalah untuk mengidentifikasi narasumber yang tepat. Melalui observasi awal di lapangan, peneliti dapat menentukan individu atau pihak yang relevan dan memiliki pengetahuan sesuai dengan topik penelitian.
Dengan begitu, proses pengumpulan data menjadi lebih terarah dan informasi yang diperoleh pun lebih akurat dan mendalam.
Cara Membuat Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan merupakan tahap awal penting dalam proses penelitian. Untuk menyusunnya, peneliti dapat menggali informasi dari tiga objek utama yang dikenal sebagai tiga P: Paper, Person, dan Place. Berikut penjelasannya:
1. Paper (Kertas)
Merujuk pada sumber-sumber tertulis seperti buku, jurnal, artikel, skripsi, atau tesis. Studi ini disebut juga studi kepustakaan dan berguna untuk memahami teori serta hasil penelitian terdahulu yang relevan.
2. Person (Manusia)
Narasumber atau ahli yang memahami topik penelitian. Melalui wawancara atau diskusi, peneliti bisa mendapatkan informasi langsung dari pihak yang berkompeten.
3. Place (Tempat)
Lokasi atau objek fisik yang berkaitan dengan penelitian. Mengunjungi lokasi dapat membantu peneliti menilai kelayakan dan ketersediaan data lapangan.
Misalnya, jika tempat penelitian sulit diakses atau biayanya terlalu tinggi, peneliti bisa mempertimbangkan lokasi lain.
Baca Juga: Format Makalah yang Benar untuk Mahasiswa
Contoh Studi Pendahuluan
Judul Penelitian: Pengaruh Literasi Digital terhadap Etika Bermedia Sosial di Kalangan Remaja SMA di Yogyakarta
Studi Pendahuluan: Penelitian ini dilatarbelakangi oleh maraknya penggunaan media sosial di kalangan remaja, yang sering kali tidak disertai dengan pemahaman etika digital yang memadai. Berdasarkan data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII, 2023), lebih dari 75% pengguna internet di Indonesia adalah remaja dan dewasa muda, yang sebagian besar aktif di media sosial seperti Instagram, TikTok, dan Twitter.
Melalui studi pustaka terhadap beberapa jurnal nasional, ditemukan bahwa rendahnya literasi digital berpotensi menyebabkan penyalahgunaan media sosial, seperti penyebaran hoax, ujaran kebencian, dan cyberbullying (Putri & Rahmawati, 2022; Jurnal Komunikasi Indonesia).
Selain itu, wawancara awal dengan guru bimbingan konseling di salah satu SMA Negeri di Yogyakarta mengungkapkan bahwa masih banyak siswa yang belum memahami batasan etika dalam dunia digital.
Temuan awal ini menunjukkan perlunya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui sejauh mana literasi digital mempengaruhi perilaku bermedia sosial remaja, serta bagaimana sekolah dapat mengambil peran dalam membentuk etika digital siswa.
Rumusan Masalah: Bagaimana pengaruh tingkat literasi digital terhadap etika bermedia sosial pada remaja SMA di Yogyakarta?
Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui hubungan antara literasi digital dengan etika penggunaan media sosial di kalangan pelajar SMA.
Narasumber Awal:
- Guru BK SMA N 5 Yogyakarta
- Dosen Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga
- Siswa kelas XI IPA SMA N 5 Yogyakarta
Pendekatan Penelitian: Kuantitatif korelasional, dengan penyebaran kuesioner sebagai instrumen utama.
Hipotesis Sementara: Semakin tinggi tingkat literasi digital, semakin baik etika bermedia sosial yang dimiliki remaja.
Nah itulah artikel dari dosenmahasiswa.id tentang studi pendahuluan dalam penelitian atau skripsi. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kamu. terima kasih!
Referensi:
APJII. (2023). Laporan Survei Internet APJII 2023.
Putri, D. A., & Rahmawati, N. (2022). Literasi Digital dan Etika Media Sosial Remaja. Jurnal Komunikasi Indonesia, 10(2), 45–56.
Hasil wawancara pribadi dengan Guru BK SMA N 5 Yogyakarta, 20 Juni 2025.