Cara Mengajukan Ethical Clearance dan Contoh

Sebelum penelitian dilakukan, baik oleh dosen, mahasiswa, maupun peneliti, ada satu tahap penting yang harus dipenuhi, yaitu ethical clearance atau dalam bahasa Indonesia disebut kaji etik penelitian. Proses ini sifatnya wajib sebelum penelitian benar-benar dilaksanakan. …

ethical clearance

Sebelum penelitian dilakukan, baik oleh dosen, mahasiswa, maupun peneliti, ada satu tahap penting yang harus dipenuhi, yaitu ethical clearance atau dalam bahasa Indonesia disebut kaji etik penelitian. Proses ini sifatnya wajib sebelum penelitian benar-benar dilaksanakan.

Kaji etik penelitian sendiri merupakan bagian dari kode etik penelitian yang berlaku secara akademik. Secara sederhana, dokumen ini bisa dianggap sebagai izin resmi yang memastikan seorang peneliti berhak dan layak untuk menjalankan penelitiannya.

Kenapa izin ini penting? Karena penelitian tidak boleh sembarangan. Ethical clearance bertujuan memastikan bahwa penelitian sesuai dengan aturan, tidak merugikan siapa pun, dan tetap menjaga keamanan serta hak partisipan yang terlibat, baik itu populasi maupun sampel penelitian.

Dengan adanya kaji etik penelitian, proses riset bisa berjalan lebih aman, terarah, dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah maupun etis.

Pengertian Ethical Clearance

Bagi kamu yang masih awam, harus tahu apa itu ethical clearance? Jadi, ethical clearance adalah instrumen yang digunakan untuk menilai apakah sebuah penelitian sudah sesuai dengan kaidah etika.

Kalau dijelaskan secara sederhana, kaji etik penelitian bisa diartikan sebagai persetujuan resmi dari komite etik penelitian. Persetujuan ini memastikan penelitian benar-benar memenuhi standar etika yang berlaku.

Syarat Mendapatkan Ethical Clearance

Sebelum menjelankan penelitian, komite kaji etik akan memastikan bahwa penelitian tidak melanggar aturan. Standar etika yang dipakai pun mengacu pada aturan internasional.

Lalu, apa saja sih syarat agar penelitian bisa mendapatkan ethical clearance? Berikut dibawah adalah beberapa syarat yang harus kamu penuhi sebelum mengajukan.

1. Risiko bagi Partisipan Bisa Diminimalkan

Tidak semua penelitian menimbulkan risiko. Misalnya penelitian berupa survei kepuasan produk, tentu relatif aman. Tapi untuk penelitian di bidang kesehatan yang melibatkan terapi atau uji coba, risikonya bisa lebih besar.

Karena itu, peneliti wajib menyiapkan langkah-langkah untuk meminimalkan risiko agar partisipan tetap aman.

2. Risiko Penelitian Masih dalam Batas Wajar

Beberapa penelitian mungkin memiliki risiko, tapi masih dianggap wajar dan bisa dikendalikan. Jika risikonya kecil dan prosedurnya jelas, biasanya ethical clearance lebih mudah didapatkan.

3. Seleksi Partisipan yang Adil

Ketika kita mau bikin penelitian, pemilihan sampel itu ibarat memilih pemain untuk sebuah tim. Kalau kita cuma ambil yang gampang dijangkau, misalnya teman sendiri atau orang terdekat, hasilnya bisa berat sebelah alias tidak mewakili keseluruhan.

Nah, akibatnya data jadi bias dan penelitian yang kita buat jadi nggak bisa dipercaya. Oleh sebab itu, kamu harus menentukan kriteria yang jelas serta memilih partisipan yang sesuai dengan tujuan penelitian terdahulu.

4. Adanya Informed Consent

Syarat penting lainnya adalah adanya informed consent, yaitu dokumen persetujuan yang berisi informasi lengkap tentang penelitian. Dengan begitu, partisipan bisa memutuskan dengan sadar apakah mereka bersedia ikut atau tidak.

Dokumen ini sangat penting, terutama jika kerangka penelitian melibatkan manusia.

5. Menjaga Kerahasiaan Data

Peneliti wajib menjaga kerahasiaan data partisipan. Data pribadi atau informasi sensitif tidak boleh disebarkan tanpa izin.

Cara Mengajukan Ethical Clearance

Sebelum penelitian bisa dilakukan, dosen maupun mahasiswa wajib mengurus ethical clearance sesuai aturan di kampus masing-masing. Setiap perguruan tinggi biasanya punya prosedur sendiri, tapi secara umum tahapannya mirip. Berikut alur pengajuan ethical clearance:

1. Mengajukan Permohonan

Langkah pertama adalah mengajukan permohonan melalui dekan atau fakultas terkait. Peneliti biasanya diminta mengisi formulir khusus sebagai syarat awal.

2. Melengkapi Dokumen Administrasi

Setelah itu, peneliti harus menyiapkan berkas administrasi, seperti proposal penelitian dan dokumen lain yang diminta komite kaji etik.

3. Membayar Biaya Pengajuan

Sebagian kampus menetapkan biaya pengajuan ethical clearance. Peneliti harus membayar biaya sesuai ketentuan dan menyimpan bukti pembayaran.

4. Revisi Proposal

Dalam beberapa kasus, komite kaji etik bisa meminta peneliti untuk merevisi proposal penelitian agar sesuai dengan standar etika. Jika diminta, revisi harus segera dilakukan.

5. Penerbitan Ethical Clearance

Jika semua persyaratan terpenuhi dan revisi disetujui, Komite Kaji Etik akan menerbitkan dokumen ethical clearance. Biasanya dokumen ini bisa diambil langsung di sekretariat komite.

Baca Juga: Teknik Pengambilan Sampel: Jenis dan Cara Menentukan

Manfaat Ethical Clearance

Nah perlu kamu ketahui bahwa ethical clearance juga memiliki manfaat, berikut beberapa penjelasan lengkapnya:

1. Menjamin Tidak Ada Pelanggaran Etika

Dengan kaji etik, penelitian dipastikan sesuai standar global. Proses evaluasi dilakukan oleh pihak luar agar objektif, sehingga penelitian lebih kredibel.

2. Mempermudah Mendapat Izin & Dukungan

Penelitian yang sudah lolos kaji etik lebih mudah mendapat restu dari kampus, lembaga, maupun masyarakat. Peneliti juga bisa lebih tenang karena mendapat dukungan penuh.

3. Membuka Akses Pendanaan

Banyak program hibah penelitian mensyaratkan dokumen ethical clearance. Tanpa itu, proposal penelitian bisa ditolak. Dengan clearance, peluang mendapatkan pendanaan jadi lebih besar.

4. Mendukung Publikasi Ilmiah

Jurnal dan konferensi internasional biasanya mewajibkan adanya ethical clearance. Jadi, dokumen ini juga jadi “tiket masuk” agar artikel hasil penelitian bisa diterima untuk dipublikasikan.

Contoh Ethical Clearance Penelitian

Berikut adalah contoh surat ethical clearance yang diterbitkan oleh Komite Kaji Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Jember: 

contoh surat ethical clearance
image source: universitas jember

Tips Mengajukan Ethical Clerance

Berikut ini adalah beberapa tips mengajukan ethical clerance agar mudah diterima oleh atasan:

1. Pahami Dulu Apa Itu Ethical Clearance

Sebelum mengajukan, pastikan kamu benar-benar paham apa itu ethical clearance dan mengapa hal ini sangat penting. Dengan pemahaman yang baik, kamu bisa lebih siap mengikuti ketentuan yang berlaku.

2. Lengkapi Semua Persyaratan

Siapkan persyaratan dengan lengkap, baik yang bersifat substansi (misalnya keamanan penelitian) maupun administrasi (dokumen pendukung). Dokumen yang lengkap akan mempercepat proses penilaian.

3. Ikuti Prosedur yang Berlaku

Ajukan sesuai prosedur yang ditetapkan institusi. Jika diminta luring, ikuti luring. Jika daring, ikuti daring. Hindari mengambil jalan pintas sendiri karena bisa memperlambat proses.

4. Pastikan Penelitian Tidak Melanggar Etika

Komite etik akan sangat memperhatikan aspek etika penelitian. Jadi, pastikan rancangan penelitian tidak mengandung potensi pelanggaran etika, agar tidak perlu revisi berulang kali.

5. Ajukan Sebelum Penelitian Dimulai

Jangan menunggu penelitian berjalan baru mengajukan. Ethical clearance hanya bisa diproses sebelum penelitian dilakukan. Jadi, pastikan kamu mengurusnya di tahap perencanaan.

Itulah artikel dari dosenmahasiswa.id tentang Ethical Clerance beserta contoh dan cara mengajukan yang benar. Semoga bermanfaat!

Referensi:

Universitas Gadjah Mada. “Komisi Etik Penelitian.” Direktorat Penelitian UGM, 28 Juli 2023, penelitian.ugm.ac.id/ec/. Diakses 5 Sept. 2025. UGM Research Directorate

Universitas Negeri Malang. “Mulai Pengajuan Ethical Clearance.” KEP LP2M, kep.um.ac.id/index.php/mulai-pengajuan-ethical-clearance/. Diakses 5 Sept. 2025. Kep

Pujiati. “6 Arti Penting Ethical Clearance dalam Penelitian dan Cara Pengajuannya.” Duniadosen.com, 20 April 2025, duniadosen.com/ethical-clearance/. Diakses 5 Sept. 2025

Seorang penulis konten edukasi dengan fokus pada topik akademik, penelitian, dan teknologi pendidikan. Memiliki pengalaman lebih dari 7 tahun dalam penulisan artikel seputar, universitas, skripsi, metodologi penelitian, dan pengembangan akademik mahasiswa.