Ilmu ekonomi itu penting banget buat kita pahami, karena di dalamnya kita belajar tentang berbagai aktivitas ekonomi, mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks. Supaya lebih mudah dipelajari, ilmu ekonomi dibagi menjadi beberapa cabang.
Pembagian ini tujuannya agar kita bisa menganalisis kegiatan ekonomi yang rumit dengan lebih terstruktur. Nah, salah satu cabangnya adalah ekonomi deskriptif. Yuk, kita bahas lebih lanjut tentang apa itu ekonomi deskriptif!
Pengertian Ekonomi Deskriptif
Bagi kamu yang sedang belajar ilmu ekonomi, harus tahu apa itu ekonomi deskriptif? Ekonomi deskriptif adalah salah satu cabang ekonomi yang menjelaskan tentang kehidupan ekonomi secara langsung di suatu daerah atau negara.
Nah biasanya jenis ekonomi ini biasa diterapkan juga di Indonesia, termasuk didaerah seperti provinsi, kabupaten, maupun di kecamatan.
Ciri-Ciri Ekonomi Deskriptif
Setiap cabang ilmu ekonomi punya ciri khasnya masing-masing. Nah, kalau ekonomi deskriptif, ciri utamanya adalah menggambarkan kondisi ekonomi yang nyata dengan berdasarkan data. Jadi, bukan opini, apalagi ramalan. Yuk, kita bahas satu per satu!
1. Berdasarkan Data dan Fakta
Ekonomi deskriptif itu tidak asal ngomong, tapi mengandalkan data nyata. Data ini bisa didapat dari observasi, survei, atau penelitian. Misalnya, tingkat pengangguran di suatu kota, data inflasi, atau angka kemiskinan.
2. Menggambarkan Realitas Ekonomi
Tugas utamanya adalah menceritakan apa yang sedang terjadi di perekonomian. Jadi, ekonomi deskriptif itu ibarat “fotografer” yang menangkap kondisi ekonomi pada suatu waktu tertentu, tanpa tambahan opini atau analisis.
3. Tidak Bersifat Normatif
Berbeda dengan ekonomi normatif yang sering kasih saran atau rekomendasi, ekonomi deskriptif hanya menyajikan fakta apa adanya. Tidak ada “seharusnya begini” atau “lebih baik begitu”, murni sekadar deskripsi.
4. Menjadi Dasar Analisis
Meski hanya menyajikan data, ekonomi deskriptif itu penting banget karena jadi fondasi bagi cabang ilmu ekonomi lain. Misalnya, data yang dikumpulkan bisa dipakai untuk membuat teori ekonomi baru atau menerapkan kebijakan ekonomi.
5. Bisa Kuantitatif dan Kualitatif
Informasi yang disajikan bisa berbentuk angka-angka statistik (kuantitatif) seperti inflasi, pengangguran, atau pertumbuhan ekonomi. Bisa juga berupa cerita atau deskripsi (kualitatif), misalnya pola konsumsi masyarakat di pedesaan.
Contoh Ekonomi Deskriptif
Berikut ini adalah beberapa contoh ekonomi deskriptif yang pernah terjadi di Indonesia:
1. Kondisi Ekonomi Indonesia Tahun 1970-an
Pada era 70-an, ekonomi Indonesia sempat berada di titik yang cukup sukses. Fokus pemerintah saat itu ada pada industri substitusi impor, yaitu kebijakan yang bertujuan melindungi industri dalam negeri dengan cara mengurangi ketergantungan pada produk impor.
Kebijakan proteksi ini dijadikan tulang punggung perekonomian nasional. Namun, sayangnya pertumbuhan ini tidak konsisten. Memasuki tahun 80-an, kebijakan substitusi impor mulai melemah, dan banyak industri harus beradaptasi.
Tapi justru dari perlambatan ini, pemerintah bisa menyiapkan sistem ekonomi moneter yang lebih matang. Ketika kebijakan diubah secara besar-besaran di masa Orde Baru, ekonomi Indonesia makin kuat dan transaksi berjalan lebih stabil.
2. Kondisi Ekonomi Amerika Pasca Perang Dunia II
Setelah Perang Dunia II, ekonomi dunia sempat berantakan. Sistem moneter internasional rusak, perdagangan internasional menurun, dan pasar bebas terganggu. Bahkan, Amerika Serikat sempat terancam kehilangan pasar di Eropa Barat.
Namun, Amerika tidak tinggal diam. Mereka bersama Inggris menciptakan sistem Bretton Woods, yang kemudian menjadi fondasi baru sistem moneter internasional. Perlahan, ekonomi kembali pulih, dan muncullah Uni Soviet sebagai kekuatan ekonomi baru pada masa itu.
3. Sistem Pertanian di Bali
Bali memang terkenal dengan pantai dan pariwisatanya, tapi jangan lupa juga memiliki pertanian yang menjadi daya tarik. Kondisi sawah di Bali yang asri dan alami menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan, terutama wisatawan mancarnegara.
Sayangnya, perkembangan pariwisata membuat sebagian lahan pertanian beralih fungsi untuk jalan atau objek wisata. Hal ini menimbulkan dilema: antara menjaga keaslian pertanian Bali atau mendorong modernisasi demi pariwisata.
4. Inflasi dan Krisis Ekonomi Tahun 1998
Tahun 1997 ekonomi Indonesia masih relatif stabil, tapi masuk 1998, krisis moneter menghantam keras. Penyebab utamanya adalah turunnya kepercayaan pasar dan masyarakat, ditambah kondisi politik yang tidak pasti.
Utang luar negeri juga jadi masalah besar. Bayangin aja, per Maret 1998, utang luar negeri Indonesia mencapai 138 miliar dolar AS, dengan sebagian besar berupa utang jangka pendek yang jatuh tempo di tahun itu juga.
Dampaknya? Hampir semua sektor kena imbasnya: dari perusahaan besar sampai bank-bank. Inflasi melonjak tinggi, harga-harga meroket, dan masyarakat kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari.
5. Penetapan APBN Tahun 2019
Kalau tadi bahas krisis, sekarang kita beralih ke kabar baik. Pada tahun 2019, APBN Indonesia justru mencatat hasil positif. Defisit bisa ditekan, angka kemiskinan turun, dan penerimaan pajak meningkat.
Target penerimaan perpajakan naik 15,4% dari tahun sebelumnya, dengan rasio pajak sekitar 12,2%. Hasilnya, penerimaan negara bisa digunakan sebagai stimulus untuk meningkatkan iklim investasi dan daya saing nasional.
Itulah artikel dari dosenmahasiswa.id tentang contoh ekonomi deskriptif yang terjadi di Indonesia dan dunia. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kamu yang sedang membutuhkan, terima kasih!
Referensi:
Gramedia. “Contoh Ilmu Ekonomi Deskriptif: Pengertian, Ciri, dan Penerapannya!” Gramedia Literasi. Diakses 6 September 2025.
Accurate.id. “Ekonomi Deskriptif: Pengertian, Ciri-ciri dan 8 Contohnya.” Accurate.id. Diakses 6 September 2025.